ISIM ALAT

ISIM ALAT

Isim alat adalah kata benda turunan yang menunjukkan alat perbuatan /pekerjaan tertentu. Jenis kata benda ini hanya ada pada tashrifan fi’il tsulâtsi mujarrad dengan pola:

  1. مِفْعَلٌ seperti مِرْسَمٌ (pensil) berasal dari kata dasar رَسَمَ (menulis/menggambar).
  2. مِفْعَالٌ seperti مِفْتَاحٌ (kunci) berasal dari kata dasar فَتَـحَ (membuka).
  3. مِفْعَلَةٌ seperti مِـمْسَحَةٌ (penghapus) berasal dari kata dasar  مَسَحَ (menghapus).

ISIM MAKÂN DAN ISIM ZAMÂN

ISIM MAKÂN DAN ISIM ZAMÂN

Isim makân dan isim zamân adalah kata benda turunan yang bermakna tempat atau waktu kejadian perkara. Shîghat serta cara pembentukan yang sama, yaitu:

  1. Isim makân/zamân dari fi’il tsulâtsi mujarrad adalah
  • berpola مَفْعَلٌ jika fi’il mudhâri’nya berpola يَفْعَلُ dan يَفْعُلُ seperti:
  • يَـطْبَخُ [memasak] ß مَطْبَـخٌ [dapur]
  • يَكْتُبُ [menulis] ß مَكْتَبٌ [kantor]

Kecuali kata مَسْجِدٌ, مَشْرِقٌ, مَغْرِبٌ, مَطْلِعٌ, مَنْبِتٌ, dan beberapa kata lainnya yang menyelisihi kias.

  • atau berpola مَفْعِلٌ jika fi’il mudhâri’nya berpola يَفْعِلُ   seperti:
  • يَـجْلِسُ [duduk] ß مَـجْلِسٌ [majlis]

dan demikian pula isim makân/isim zamân dari fi’il yang tergolong bina mitsâl seperti:

  • وَضَعَ-يَضَعُ [meletakkan] ß مَوْضِعٌ [tempat]
  • Isim makân/zamân dari fi’il yang huruf terakhirnya huruf ‘illat selamanya difat-hahkan seperti الْمَأْوَى, الْمَرْعَى, الْمَقْوَى, dan sebagainya.
  • Terkadang dimasuki ta ta-nîts (ة) seperti مَظِنَّةٌ, مَقْبَرَةٌ, مَشْرَقَةٌ, dan sebagainya.
  1. Isim makân/zamân dari semua fi’il tsulâtsi mazîd berpola sama dengan pola isim maf’ûl Seperti, isim zamân/isim makân dari kata اِسْتَقْبَلَ adalah مُسْتَقْبَلٌ.

ISIM FÂ’IL DAN ISIM MAF’ÛL

ISIM FÂ’IL DAN ISIM MAF’ÛL

  1. Pembentukan Isim Fâ’il dari Kata Dasar Fi’il Tsulâtsi Mujarrad

(وأما اسْمُ الفاعلِ والمفعُولِ) من الثُّلاثيِّ المُجَرَّدِ فالأكثرُ أنْ يَجيءَ اسْمُ الفاعِلِ منهُ على ( فاعِل )،

Adapun isim fâ’il dan isim maf’ûl dari fi’il tsulâtsi mujarrad, maka mayoritas isim fâ’il-nya berwazan فَاعِلٌ.

Contoh:

  • Isim fâ’il dari kata dasar عَبَدَ adalah عَابِدٌ,
  • Isim fâ’il dari kata dasar قَالَ yang huruf pokoknya قول, diketahui dari shîghat fi’il mudhârinya يَقُوْلُ, adalah قَاوِلٌ. Lalu berdasarkan kaidah, huruf wawunya harus diganti huruf hamzah sehingga menjadi قَائِلٌ,
  • Isim fâ’il dari kata dasar وَقَـى adalah وَاقِـيٌ. Lalu berdasarkan kaidah, huruf ‘illat terakhirnya harus dibuang dan digantikan tanwîn yang ditambahkan kepada harakat huruf sebelumnya menjadi وَاقٍ. Jika kata seperti ini diberi awalan alif-lam maka huruf ‘illat terakhirnya itu dikembalikan pada asalnya menjadi الوَاقِـى.

 

 

Isim Maf’ul Isim Fa’il Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
  عَابِدٌ   عَبَدَ
  قَائِلٌ   قَالَ
  وَاقٍ   وَقَـى

 

  1. Pembentukan Isim Maf’ul dari Kata Dasar Fi’il Tsulâtsi Mujarrad

والأكثرُ أنْ يَجيءَ اسْمُ المفعولِ منهُ على مَفْعُول.

Dan mayoritas isim maf’ûl dari kata dasar fi’il tsulâtsi mujarrad itu atas pola مَفْعُوْلٌ.

  • Isim maf’ûl dari kata dasar عَبَدَ adalah مَعْبُوْدٌ,
  • Isim maf’ûl dari kata dasar yang huruf keduanya berupa huruf ‘illat seperti kata قَالَ yang shîghat fi’il mudhârinya يَقُوْلُ, adalah mengikuti shîghat fi’il mudhârinya dengan cara mengganti huruf mudhâra’ahnya oleh huruf mîm sehingga menjadi مَقُوْلٌ,
  • Isim maf’ûl dari kata dasar yang huruf ketiganya berupa huruf ‘illat seperti kata وَقَـى yang shîghat fi’il mudhârinya يَوْقِـى, adalah mengikuti shîghat fi’il mudhârinya dengan cara mengganti huruf mudhâra’ahnya oleh huruf mîm dan menambahkan tasydîd pada harakat huruf terakhirnya sehingga menjadi مَوْقِـيٌّ.
Isim Maf’ul Isim Fa’il Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
مَعْبُوْدٌ     عَبَدَ
مَقُوْلٌ   يَقُوْلُ قَالَ
مَوْقِـيٌّ   يَقِـى (يَوْقِـى) وَقَـى

 

  1. Pembentukan Isim Fa’il dan Isim Maf’ul dari Kata Dasar Fi’il Tsulâtsi Mazid

وأمّا ما زادَ على الثَّلاثةِ فالضّابِطُ فيهِ أنْ تَضَعَ في مُضارِعِهِ الميمَ المَضْمُومَةَ مَوضِعَ حرفِ المُضارَعَةِ وتَكْسِرَ ما قَبلَ آخِرِهِ في الفاعِلِ وتَفْتَحَهُ في المفعُولِ ؛ نَحْوُ : مُكْرِم ، ومُكْرَم ، ومُدَحْرِج ، ومُدَحْرَج ، ومُسْتَخْرِج ، ومُسْتَخْرَج.

Isim fâ’il dari fi’il tsulâtsi mazîd dibuat dari fi’il mudhâri-nya:

  1. Buang huruf mudhâra’ahnya dan gantilah dengan huruf mîm ber-harakat dhammah (مُـ).
  2. Pastikan huruf kedua terakhirnya ber-harakat kasrah untuk isim fâ’il dan fat-hah untuk isim maf’ûl.

Contoh:

  • أَفْلَحَ ß يُفْلِحُ Û مُفْلِحُ Û مُفْلَحٌ
  • تَوَلَّى ß يَتَوَلَّى Û مُتَوَلٍّ Û مُتُوَلًّى

 

وقَد يَسْتَوي لَفْظُ اسْمِ الفاعِلِ واسْمِ المفعُولِ في بعضِ المَواضِعِ كمُجاب ، ومُنْجاب، ومُخْتار، ومُضْطَرّ، ومُنْقَدّ، ومُنْصَبّ، ومُنْصَبٌّ فيهِ، ومُنْجاب، ومُنْجاب عنهُ؛ ويَختلفُ في التَّقديرِ

Pada sebagian kasus, yakni pada fi’il binâ ajwaf dan fi’il binâ mudha’’af, lafazh isim fâ’il dan isim maf’ûl-nya sama. Seperti:

  • حَابَّ ß يُحَابُّ Û مُحَابٌّ Û مُحَابٌّ

Namun jika dianalisa, maka hakekat keduanya berbeda, yakni مُحَابِبٌ untuk isim fâ’ilnya, dan مُحَابَبٌ untuk isim maf’ûlnya.

 

  • اِخْتَارَ ß يَخْتَارُ Û مُخْتَارٌ Û مُخْتَارٌ

Jika dianalisa, maka hakekat keduanya berbeda, yakni مُخْتَيِرٌ untuk isim fâ’ilnya, dan مُخْتَيَرٌ untuk isim maf’ûlnya.

Isim Maf’ul Isim Fa’il Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
مُفْلَحٌ مُفْلِحٌ يُفْلِحُ أَفْلَحَ
مُنَزَّلٌ مُنَزِّلٌ يُنَزِّلُ نَزَّلَ
مُتَوَلًّـى مُتَوَلٍّ يَتَوَلَّـى تَوَلَّـى
مُحَابٌّ (مُحَابَبٌ) مُحَابٌّ (مُحَابِبٌ) يُحَابُّ حَابَّ
مُخْتَارٌ (مُخْتَيَرٌ) مُخْتَارٌ (مُخْتَيِرٌ) يَخْتَارُ اِخْتَارَ

Cobalah buatkan isim fa’il dan isim maf’ul dari kata-kata dasar berikut ini!

 

 

 

Isim Maf’ul Isim Fa’il Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
    يُنْزِلُ أَنْزَلَ
    يُعْطِـى أَعْطَـى
    يَسْتَقِيْمٌ اِسْتَقَامَ
    يَبْتَاعُ اِبْتَاعَ
    يَضْرِبُ ضَرَبَ
    يَبِيْعُ بَاعَ
    يَنْوِى نَوَى
    يَحُضُّ حَضَّ

 

 

 

FI’IL AMR & FI’IL NAHYI

FI’IL AMR & FI’IL NAHYI

  1. Fi’il Amr dan Pembentukannya

(أمّا الأمرُ بالصِّيغَةِ) وهو أمرُ الحاضِرِ فهو جارٍ على لفظِ المضارِعِ المَجْزُومِ.

Adapun fi’il amr dengan shîghat aslinya adalah bentuk perintah kepada orang yang hadir (lawan bicara). Dia berproses seperti halnya fi’il mudhâri yang dijazemkan.

Maksudnya, fi’il amr itu dibuat dari fi’il mudhari’ dengan cara:

  1. Buang huruf mudhâra’ah-nya! Lalu, jika huruf setelahnya:
  2. Berharakat, biarkan!
  3. Sukun, tambahkan alif dan harakati kasrah, kecuali jika huruf ketiganya berharakat dhammah maka dia diharakati
  4. Perhatikan huruf terakhirnya, jika berupa huruf:
  5. Shahîh, sukunkan!
  6. ‘Illat, buang!
  7. Ber-tasydîd, fat-hahkan!
  8. Contoh Pembentukan Fi’il Amr

Soal: Terapkanlah kaidah pembentukan fi’il amr dan fi’il nahyi di atas untuk membentuk shîghat fi’il amr dan fi’il nahyi dari kata-kata dasar عَبَدَ, غَفَرَ, وَصَفَ, وَقَى, وَلَّى, اِرْتَدَّ, dan اِسْتَقَامَ !

  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar عَبَدَ adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يَعْبُدُ dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi عْبُدُ. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya , sehingga menjadi اعْبُدُ. Lalu harakati dhammah karena karena huruf ketiganya berharakat dhammah.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahih maka sukunkan! Menjadi اُعْبُدْ.
  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar غَفَرَ adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يَغْفِرُ dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi غْفِرُ. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya , sehingga menjadi اغْفِرُ. Lalu harakati kasrah karena karena huruf ketiganya bukan berharakat dhammah.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi اِغْفِرْ.
  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar وَصَفَ adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يَصِفُ dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi صِفُ. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika berharakat maka biarkan.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi صِفْ.
  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar وَقَى adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يَقِى dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi قِـى. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika berharakat maka biarkan.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi قِ.
  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar وَلَّى adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يُوَلِّـى dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi وَلِّـى. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika berharakat maka biarkan.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi وَلِّ.
  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar اِرْتَدَّ adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يَرْتَدُّ dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi رْتَدُّ. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya , sehingga menjadi ارْتَدُّ. Lalu harakati kasrah karena karena huruf ketiganya bukan berharakat dhammah.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf bertasydîd maka harakati fat-hah! Menjadi اِرْتَدَّ.
  • Pembentukan shîghat fi’il amr dari kata dasar اِسْتَقَامَ adalah berasal dari shîghat fi’il mudhârinya يَسْتَقِيْمُ dengan cara:
  1. Pertama-tama buang huruf mudhâra’ahnya sehingga menjadi سْتَقِيْمُ. Lalu perhatikan keadaan huruf setelahnya! Jika sukun maka tambahkan huruf alif di depannya, sehingga menjadi اسْتَقِيْمُ. Lalu harakati kasrah karena karena huruf ketiganya bukan berharakat dhammah.
  2. Langkah kedua, perhatikan huruf terakhirnya! Jika berupa huruf shahîh maka sukunkan! Menjadi اِسْتَقِمْ.
Fi’il Nahyi Fi’il Amr Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
  اعْبُدْ يَعْبُدُ عَبَدَ
  اِغْفِرْ يَغْفِرُ غَفَرَ
  صِفْ يَصِفُ وَصَفَ
  قِ يَقِـى وَقَـى
  وَلِّ يُوَلِّـى وَلَّـى
  اِرْتَدَّ يَرْتَدُّ اِرْتَدَّ
  اِسْتَقِمْ يَسْتَقِيْمُ اِسْتَقَامَ
  1. Fi’il Nahyi dan Pembentukannya

Fi’il Nahyi adalah kata kerja yang bermakna larangan. Fi’il nahyi dibentuk dari shîghat fi’il mudhâri’ dengan cara:

  1. Pastikan huruf mudhâra’ahnya menggunakan huruf ta dan tambahkan kat لاَ (jangan) di depannya!
  2. Perhatikan huruf terakhirnya, jika berupa huruf:
  3. Shahih, sukunkan!
  4. ‘Illat, buang!
  5. Ber-tasydid, fat-hahkan!

 

  1. Contoh Pembentukan Fi’il Nahyi

Shîghat fi’il nahyi itu sebetulnya dia adalah fi’il mudhâri dengan pelaku (fâ’il) berupa kata ganti orang kedua (dhamîr mukhathab) yang dibubuhi kata لاَ (jangan) di depannya. Lalu akhirannya dijazmkan.

  • تَفَكَّرَ ß يَتَفَكَّرُ Û لاَ تَتَفَكَّرْ
  • تَوَلَّى ß يَتَوَلَّى Û لاَ تَتَوَلَّ
  • أَحَلَّ ß يُحِلُّ Û لاَ تُحِلَّ
  • وَقَـى ß يَقِـى Û لاَ تَقِ

 Fi’il Nahyi

Fi’il Amr Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
لاَ تَعْبُدْ   يَعْبُدُ عَبَدَ
لاَ تَغْفِرْ   يَغْفِرُ غَفَرَ
لاَ تَصِفْ   يَصِفُ وَصَفَ
لاَ تَقِ   يَقِـى وَقَـى
لاَ تُوَلِّ   يُوَلِّـى وَلَّـى
لاَ تَرْتَدَّ   يَرْتَدُّ اِرْتَدَّ
لاَ تَسْتَقِمْ   يَسْتَقِيْمُ اِسْتَقَامَ

Coba kamu buatkan fi’il amr dan fi’il nahyi dari kata-kata dasar berikut!

Fi’il Nahyi Fi’il Amr Fi’il Mudhari Fi’il Madhi
    يَعَضُّ عَضَّ
    يُحَقِّقُ حَقَّقَ
    يُوَحِّدُ وَحَّدَ
    يُنَجِّى نَجَّى
    يَهْتَدِى اِهْتَدَى
    يَتَّقِى اِتَّقَى
    يَسْتَقِلُّ اِسْتَقَلَّ
    يَنْقَادُ اِنْقَادَ
    يَتَبَيَّنُ تَبَيَّنَ

 

FI’IL MÂDHI-FI’IL MUDHÂRI DAN MASHDAR

FI’IL MÂDHI-FI’IL MUDHÂRI DAN MASHDAR

Definisi Fi’il Mâdhi

(أمّا الْماضِيْ) فَهُوَ الفِعلُ الّذي دَلَّ على مَعنى وُجِدَ في الزَّمانِ الماضِي.

Fi’il mâdhi adalah kata kerja yang menunjukkan makna yang terjadi pada waktu yang telah lewat.

Definisi Fi’il Mudhâri

(وأما المضارِعُ) فهو ما كانَ أوُّلُهُ إحْدَى الزَّوائِدِ الأرْبَعِ ؛ وهي : الهمزةُ ، والنُّونُ ، والتّاءُ ، والياءُ ؛ يَجمعُها : أَنَيْتُ أو نأتِي وهذا يَصْلُحُ للحالِ والاِسْتِقبالِ؛ تَقُولُ :يَفْعَلُ الآنَ؛ ويُسمَّى حالاً وحاضِراً، ويَفْعَلُ غَداً؛ ويُسمَّى مُسْتقبِلاً

Fi’il mudhâri adalah kata kerja yang berawalan salah satu huruf zâ-idah yang 4, yaitu أ , ن , ي , dan ت. Terkumpul dalam ucapan أَنْيْتُ atauنَأْتِي. Fi’il mudhâri ini bisa untuk menunjukkan kejadian di waktu kini (kontinyu) maupun di masa akan datang. Kamu katakan يَفْعَلُ الآنَ (Dia melakukan sekarang); disebut hâl dan hâdhir, يَفْعَلُ غَذًا (Dia melakukan besok); disebut mustaqbal.

Definisi Isim Mashdar

المصدر معناه الدلالة على الحدَث.

Mashdar adalah kata benda yang menunjukkan makna perbuatan atau peristiwa.

  1. Pola Fi’il Mâdhi, Fi’il Mudhâri, dan Mashdar
  2. Kata Dasar Tsulâtsi Mujarrad

Bentuk kata (shîghat) fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar tsulâtsi mujarrad dapat diketahui dengan cara penelusuran kamus atau literatur bahasa Arab resmi. Contoh, shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata غفر, عبد, رد, وصف, قام, dan وقى adalah:

Kata Dasar Tsulâtsi Mujarrad 1

Keterangan gambar:

  • Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar غَفَرَ adalah يَغْفِرُ, sedangkan shîghat mashdarnya غُفْر.
  • Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar عَبَدَ adalah يَعْبُدُ, sedangkan shighat mashdarnya عِبَادَة atau عُبُوْدِيَّة.
  • Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar رَدَّ adalah يَرُدُّ, sedangkan shîghat mashdarnya رَدّ.
  • Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar وَصَفَ adalah يَصِفُ, sedangkan shighat mashdarnya وَصْف dan صِفَة.
  • Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar قَامَ adalah يَقُوْمُ, sedangkan shîghat mashdarnya قِيَام.
  • Shîghat fi’il mudhâri dari kata dasar وَقَى adalah يَقِى, sedangkan shîghat mashdarnya وِقَايَة.

Kata Dasar Tsulâtsi Mujarrad 2

Coba kamu gunakan kamus Arab-Indonesia yang kamu miliki untuk melengkapi tabel tashrifan berikut!

مَصدَرٌ فِعۡلٌ مُضَارِعٌ فِعۡلٌ مَاضٍ Akar Kata
حمد
خلق
منع
ضرب
وضع
وجد
قال
باع
سأل
نشأ
أمل
نهى
دعا
رأى
ولـي
وفـى
نوى
قوى
  1. Kata Dasar Tsulatsi Mazid

Adapun shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar tsulâtsi mazîd dapat diketahui melalui pola (wazn) dan contoh-contohnya sebagai berikut.

  • Wazn dan contoh-contoh shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar rubâ’iyah (kata dasar dengan 4 huruf penyusun).
فَعَّلَ يُفَعِّلُ تَفْعِيْل   فَاعَلَ يُفَاعِلُ مُفَاعَلَة
سَبَّحَ يُسَبِّحُ تَسْبِيْح   قَاتَلَ يُقَاتِلُ مُقَاتَلَة
شَدَّدَ يُشَدِّدُ تَشْدِيْد   حَادَّ يُحَادُّ مُحَادَدَة
وَحَّدَ يُوَحِّدُ تَوْحِيْد   شَاوَرَ يُشَاوِرُ مُشَاوَرَة
نَجَّى يُنَجِّى تَنْجِيَّة   نَاجَى يُنَاجِى مُنَاجَاة
وَلَّى يُوَلِّى تَوْلِيَّة   وَالَى يُوَالِى مُوَالاَة

 

أَفْعَلَ يُفْعِلُ اِفْعَال
أَفْلَحَ يُفْلِحُ إِفْلاَح
أَحَلَّ يُحِلُّ إِحْلاَل
أَقَامَ يُقِيْمُ إِقَامَة
أَغْنَى يُغْنِى إِغْنَاء
آتَى يُؤْتِى إِيْتَاء

Coba kamu lengkapi tabel tashrifan berikut ini dengan meniru contoh fi’il rubâ’iyah di atas!

مَصدَرٌ فِعۡلٌ مُضَارِعٌ فِعۡلٌ مَاضٍ Akar Kata
    حَمَّدَ حمد
    أَحْسَنَ حسن
    ضَارَبَ ضرب
    أَوضَعَ وضع
    أَوجَدَ وجد
    بَايَعَ باع
    أَنْشَأَ نشأ
    وَثَّقَ وثق
    أَرْوَى روى
    آمَنَ أمن
    أَمَالَ مال
    جَازَى جزى
    وَفَّـى وفـى
  • Wazn dan contoh-contoh shîghat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar khumâsiyah (kata dasar dengan 5 huruf penyusun).
تَفَعَّلَ يَتَفَعَّلُ تَفَعُّل   تَفَاعَلَ يَتَفَاعَلُ تَفَاعُل
تَفَكَّرَ يَتَفَكَّرُ تَفَكُّر   تَبَارَكَ يَتَبَارَكُ تَبَارُك
تَعَدَّدَ يَتَعَدَّدُ تَعَدُّد   تَحَابَّ يَتَحَابُّ تَحَابّ
تَبَيَّنَ يَتَبَيَّنُ تَبَيُّن   تَعَاوَنَ يَتَعَاوَنُ تَعَاوُن
تَوَلَّى يَتَوَلَّى تَوَلَّى   تَدَاوَى يَتَدَاوَى تَدَاوَى

 

اِفْتَعَلَ يَفْتَعِلُ اِفْتِعَال   اِنْفَعَلَ يَنْفَعِلُ اِنْفِعَال
اِخْتَلَفَ يَخْتَلِفُ اِخْتَلاَف   اِنْقَلَبَ يَنْقَلِبُ اِنْقِلاَب
اِصْطَلَحَ يَصْطَلِحُ اِصْطِلاَح   اِنْفَكَّ يَنْفَكُّ اِنْفِكَاك
اِرْتَدَّ يَرْتَدُّ اِرْتِدَاد   اِنْقَادَ يَنْقَادُ اِنْقِيَاد
اِتَّخَذَ يَتَّخِذُ اِتِّخَاذ   اِنْجَلَى يَنْجَلِى اِنْجِلاَء
اِهْتَدَى يَهْتَدِى اِهْتِدَاء        
اِتَّقَى يَتَّقِى اِتِّقَاء        

Coba kamu lengkapi tabel tashrifan berikut ini dengan meniru contoh fi’il khumâsiyah di atas!

مَصدَرٌ فِعۡلٌ مُضَارِعٌ فِعۡلٌ مَاضٍ Akar Kata
    تَقَارَبَ قرب
    تَعَاطَى عطـى
    تَوَكَّلَ وكل
    تَوَفَّـى وفـى
    اِفْتَرَى فرى
    اِهْتَدَى هدى
    اِتَّبَعَ تبع
    اِنْتَهَى نهى
    اِنْغَمَسَ غمس
    اِقْتَلَّ قلل
    اِنْحَنَى حنـى
  • Wazn dan contoh-contoh shighat fi’il mâdhi, fi’il mudhâri, dan mashdar dari kata-kata dasar sudâsiyah (kata dasar dengan 6 huruf penyusun).
اِسْتَفْعَلَ يَسْتَفْعِلُ اِسْتِفْعَال
اِسْتَغْفَرَ يَسْتَغْفِرُ اِسْتِغْفَار
اِسْتَقَلَّ يَسْتَقِلُّ اِسْتِقْلاَل
اِسْتَوْقَدَ يَسْتَوْقِدُ اِسْتِيْقَاد
اِسْتَقَامَ يَسْتَقِيْمُ اِسْتِقَامَة
اِسْتَسْقَى يَسْتَسْقِى اِسْتِسْقَاء
اِسْتَوْفَى يَسْتَوْفِى اِسْتِفَاء

Coba kamu lengkapi tabel tashrifan berikut ini dengan meniru contoh fi’il sudâsiyah di atas!

مَصدَرٌ فِعۡلٌ مُضَارِعٌ فِعۡلٌ مَاضٍ Akar Kata
    اِسْتَعَدَّ عدد
    اِسْتَمْتَعَ متع
    اِسْتَوْجَبَ وجب
    اِسْتَعَانَ عون
    اِسْتَوْلَـى ولـى
    اِسْتَدْعَـى دعو
  1. Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif

)والمَبْنِيُّ للمَفعُولِ) منهُ (من الفعل الماضي) وهو الفِعلُ الَّذي لَمْ يُسَمَّ فاعِلُهُ وهو ما كانَ أوَّلُهُ مَضمُوماً ؛ كفُعِلَ ، وأُفْعِلَ ، وفُعِّلَ ، وفُوعِلَ ، وتُفُعِّلَ ، وتُفُوعِلَ ، أوْ كانَ أوَّلُ مُتحَرِّكٍ منهُ مَضمُوماً نحوُ : افْتُعِلَ ، واسْتُفْعِلَ. وما قَبْلَ آخِرِهِ يَكُونُ مَكسُوراً.

Fi’il mâdhi mabni lil maf’ûl (kata kerja bentuk pasif) adalah fi’il mâdhi yang huruf pertamanya berharakat dhammah, seperti فُعِلَ, أُفْعِلَ, فُعِّلَ, فُوْعِلَ, تُفُعِّلَ, dan تُفُوْعِلَ.  Atau huruf hidup pertamanya berharakat dhammah seperti افْتُعِلَ, dan اسْتُفْعِلَ. Dan huruf sebelum terakhirnya harus dikasrahkan.

(والمَبنيُّ للمَفعولِ) منهُ ما كانَ حَرْفُ المُضارَعَةِ منهُ مَضمُوماً وما قَبلَ آخِرِهِ مَفتُوحاً؛ نحوُ: يُنْصَرُ، ويُدَحْرَجُ، ويُكْرَمُ، ويُفَرَّحُ، ويُقاتَلُ، ويُسْتَخْرَجُ.

Dan fi’il mudhâri mabni li l-maf’ûl (bentuk pasif) adalah fi’il mudhâri yang huruf mudhâra’ah-nya di-dhammah-kan dan huruf yang sebelum akhirnya di-fat-hah-kan. Seperti:يُنْصَرُ (sedang/akan ditolong), يُدَحْرَجُ (sedang/akan diguling-gulingkan), يُكْرَمُ (sedang/akan dimuliakan), يُفَرَّحُ (sedang/akan dihibur), يُقاتَلُ (sedang/akan diperangi), يُسْتَخْرَجُ (sedang/akan diminta keluar).

Cobalah ubah kata-kata kerja berikut menjadi bentuk pasif!

خَلَقَ –  عَلِمَ  –  جَعَلَ  –  نَهَـى –  رَوَى  –  اِسْتَغْفَرَ  –  فَرَّقَ  –  حَسَّنَ  –  أَكْرَمَ

Pendahuluan At Taysir Dasar Memahami Ilmu Sharaf

Halaman ini akan menjelaskan tentang pendahuluan At Taysir Dasar Memahami Ilmu Sharaf

A. Mayoritas Kosa Kata Bahasa Arab Berpola

Pernahkah Anda memperhatikan beberapa kosa kata bahasa Arab yang sudah Anda hafal? Seperti kata: Continue reading “Pendahuluan At Taysir Dasar Memahami Ilmu Sharaf”

Dasar-dasar Ilmu Sharf dalam Bahasa Arab

sekolah makarims

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

PENDAHULUAN

A. Ilmu Sharf

Ilmu sharf adalah cabang ilmu tata bahasa Arab yang mempelajari cara membuat kata-kata turunan dari kata-kata  dasar.

Perlu diketahui bahwa mayoritas kata-kata berbahasa Arab memiliki bentuk pola yang sangat teratur. Perhatikan contoh kata berikut ini!

bhs arab

Pada kelompok pertama, huruf-huruf kesatu, ketiga, dan keempat berbeda-beda pada setiap katanya. Sedangkan huruf kedua, yakni huruf alif selalu ada di setiap katanya.

Pada kelompok kedua, huruf-huruf kedua, ketiga, dan kelima berbeda-beda pada setiap katanya. Sedangkan huruf pertama yakni huruf mim dan huruf keempat, yakni huruf wawu selalu ada di setiap katanya.

Ketahuilah, bahwa huruf-huruf yang berganti pada setiap kata sepola adalah huruf-huruf pokok penyusun sebuah kata, sedangkan huruf yang selalu ada dalam setiap kata sepola adalah huruf tambahan (zãidah).

Selanjutnya, untuk memudahkan dalam menghapal bentuk perubahan kata-kata berpola para ulama sharaf merumuskan:

  • setiap huruf pokok pertama diganti dengan variabel fa (ف),
  • setiap huruf pokok kedua diganti dengan variabel ‘ain (ع),
  • setiap huruf pokok ketiga diganti dengan variabel lam (ل), dan
  • Adapun huruf-huruf zãidah (huruf-huruf yang selalu ada pada setiap kata sepola) tidak diganti.

Dengan demikian maka kata-kata pada contoh kelompok pertama adalah berpola فَاعِلٌ dan semuanya bermakna kata benda pelaku. Sedangkan kata-kata pada contoh kelompok kedua adalah berpola مَفْعُوْلٌ dan semuanya bermakna kata benda sasaran perbuatan. Dengan begitu mudah bagi kita membaca dan menerjemahkan kata-kata berpola sama dengan kata-kata tersebut walaupun tidak ber-harakat seperti berikut ini:

جاعل جالس حاضر ظالـم
صالـح صابر طالب قارء
مظلوم مطلوب محمود مكتوب
مرزوق مرحوم مغضوب مفتوح
Penting!

Kata-kata sepola, huruf-hurufnya memiliki harakat yang sama.

 B. Mengenal Istilah dalam Ilmu Sharaf

1. Wazn

Wazn artinya pola kata. Umumnya dengan menggunakan variabel huruf-huruf fa (ف), ‘ain (ع), dan lam (ل) untuk pola akar kata dasar. Sedangkan pada pola-pola kata turunan ditambah dengan beberapa huruf imbuhan tertentu (huruf zã-idah).

Contoh:

  • Wazn dari kata عَلِمَ adalah  فَعِلَ
  • Wazn dari kata عَالِمٌ adalah  فَاعِلٌ
  • Wazn dari kata اِسْتَبْدَلَ adalah  اِسْتَفْعَلَ

2. Mawzûn

Mawzûn artinya kata berpola. Seperti kata بَدَلَ adalah kata berpola فَعَلَ , kata عَالِمٌ adalah kata berpola فَاعِلٌ, kata مُسْلِمٌ adalah kata berpola مُفْعِلٌ, dan sebagainya.

3. Fa Fi’il, ‘Ain Fi’il, dan Lam Fi’il

Yang dimaksud fa fi’il adalah huruf pokok pertama, ‘ain fi’il adalah huruf pokok kedua, dan lam fi’il adalah huruf pokok ketiga dari sebuah kata berpola. Contoh pada kata كَتَبَ; huruf ك disebut fa fi’il, huruf ت disebut ‘ain fi’il, dan huruf بdisebut lam fi’il. Meskipun kata tersebut sudah berubah bentuknya tetap saja huruf pokok pertamanya disebut fa fi’il, dan seterusnya. Contoh pada kata مَكْتُوْب; fa fi’il-nya adalah ك, ‘ain fi’il-nya adalah ت, dan lam fi’il-nya adalah ب. Huruf selebihnya adalah zã-idah atau tambahan.

4. Shîghat

Shîghat artinya format/bentuk kata yang didasarkan pada maknanya. Contoh, semua kata yang bermakna kata kerja bentuk lampau itu dikatakan ber-shîghat fi’il mâdhi, semua kata benda turunan yang bermakna kata benda pelaku dikatakan ber-shîghat isim fâ’il, dan sebagainya.

 

C. Kata Dasar

Ketahuilah, bahwa dalam ilmu tata bahasa Arab, yang dikategorikan sebagai kata dasar adalah fi’il mâdhi ( kata kerja bentuk lampau) seperti:

  • عَلِمَ (-sudah-mengetahui)
  • قَرُبَ (-sudah-dekat)

Fi’il mâdhi itu dapat diketahui melalui bentuk polanya, yaitu:

  • فَعِلَ seperti pada kata عَلِمَ (mengetahui)
  • فَعَلَ seperti pada kata كَتَبَ (menulis)
  • فَعُلَ seperti pada kata حَسُنَ (baik)

___________________________ karena kata-kata dasar seperti di atas hanya tersusun dari 3 huruf saja maka dia disebut fi’il tsulâtsi mujarrad.

  • فَعَّلَ seperti kata عَلَّمَ (mengajarkan); dari akar kata علم
  • أَفْعَلَ seperti kata أَعْلَمَ (memberitahu); dari akar kata علم
  • فَاعَلَ seperti kata قَارَبَ (saling mendekat); dari akar قرب
  • تَفَعَّلَ seperti kata تَعَلَّمَ (belajar); dari akar kata علم
  • تَفَاعَلَ seperti kata تَقَارَبَ (saling berdekatan); dari قرب
  • اِفْعَلَّseperti pada kata اِسْوَدَّ (menghitam)
  • اِفْتَعَلَ seperti kata اِقْتَرَبَ (menjadi dekat) ; dari akar قرب
  • اِسْتَفْعَلَ seperti kata اِسْتَعْلَمَ (mencari tahu); dari علم

_____________________________ karena kata-kata dasar tersebut merupakan kata dasar turunan dari suatu akar kata maka selanjutnya dia disebut fi’il tsulâtsi mazîd.

 

D. Bangunan Kata

Agar mudah memahami pelajaran ini, ketahuilah bahwa setiap kata terbangun dari beberapa huruf ejaan (huruf hijã-iyyah). Dalam ilmu sharaf, huruf-huruf hijã-iyyah ini dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu:

  1. Huruf ‘Illat (huruf penyakit), yaitu ا, و, dan ي.
  2. Huruf Shahîh (huruf sehat), yakni selain ketiga huruf ‘illat

Yang dimaksud dengan bangunan kata atau binãul-kalimah adalah pengelompokan kata dasar (fi’il madhi) berdasarkan jenis huruf-huruf pokok pembentuknya, yaitu:

  • Fi’il Bina Sâlim, jika semua huruf pokoknya bebas huruf ‘illat, hamzah, dan pendobelan seperti kata كَتَبَ (menulis).
  • Fi’il Bina Mahmûz, jika salah satu huruf pokoknya berupa huruf hamzah seperti أَكَلَ (makan) dan سَأَلَ (meminta).
  • Fi’il Bina Mudhâ’af, jika huruf pokok kedua dan ketiganya sama seperti kata رَدَّ (mengembalikan); aslinya رَدَدَ.
  • Fi’il Bina Mitsâl, jika huruf pokok pertamanya berupa huruf ‘illat seperti وَجَبَ (wajib) dan يَسَرَ (mudah).
  • Fi’il Bina Ajwaf, jika huruf pokok keduanya berupa huruf ‘illat seperti قَالَ (mengatakan).
  • Fi’il Bina Nâqish, jika huruf pokok ketiganya berupa huruf ‘illat seperti دَعَا (mengajak) dan نَهَى (melarang).
  • Fi’il Bina Lafîf, jika huruf pokok kedua dan ketiganya berupa huruf ‘illat seperti نَوَى (meniatkan).
  • Fi’il Bina Multawi, jika huruf pokok pertama dan ketiganya berupa huruf ‘illat seperti وَقَـى (melindungi).

Perlu diketahui, bahwa perbedaan jenis huruf penyusun sebuah kata akan menyebabkan adanya sedikit perbedaan perubahan tashrifnya dengan kata-kata lain meskipun berpola sama. Contoh kata وَجَدَ (mendapati) dan kata جَلَسَ (duduk) berdasarkan ketentuan ilmu sharaf adalah sepola. Tetapi huruf pertama pada kata وَجَدَ berupa huruf ‘illat sehingga kedua kata tersebut sedikit berbeda pada bentuk perubahan fi’il mudhari’nya (kata kerja bentuk sedang/akan, present tense).

Berdasarkan aturannya, perubahan kedua kata tersebut dari bentuk madhi ke bentuk mudhari’nya adalah mengikuti pola perubahan فَـعَـلَ – يَـفْـعِـلُ seperti جَلَسَ – يَجْلِسُ. Akan tetapi untuk kata وَجَدَ ternyata di kamus perubahannya menjadi يَجِدُ. Seharusnya jika mengikuti pola adalah يَوْجِدُ. Inilah contoh pengaruh dari perbedaan jenis huruf penyusun pada sebuah kata berpola.

 

E. Dua Jenis Tashrif

Sudah dijelaskan di muka bahwa tashrif artinya mengubah bentuk suatu kata dari bentuk dasar ke dalam bentuk-bentuk lainnya. Tashrif ada 2 jenis, yaitu:

  1. Tashrif Istilahi atau disebut juga Tashrif Ushul, yaitu mengubah kata dasar (jenis kata kerja bentuk lampau, fi’il madhi) menjadi jenis-jenis kata lainnya, seperti menjadi jenis kata kerja bentuk sedang, bentuk perintah, menjadi kata benda pelaku, dan sebagainya. Contoh tashrif kata كَتَبَ berikut ini:
  • كَتَبَ (-sudah- menulis); kata kerja bentuk lampau
  • يَكْتُبُ (-sedang/akan- menulis); kata kerja bentuk sedang/akan
  • اُكْتُبْ (tulislah!); kata kerja bentuk perintah
  • كَاتَبٌ (yang menulis); kata benda pelaku
  1. Tashrif Lughawi, yaitu perubahan kata karena idhafah (disandarkan) kepada kata lainnya, tidak menimbulkan perubahan jenis kata, seperti perubahan kata kerja yang didasarkan pada subjeknya dan sebagainya. Contoh:

a. Perubahan kata كَتَبَ (sudah menulis) berdasarkan subjeknya:

  • كَتَبْــــــتُ (aku -sudah- menulis)
  • كَتَبْـــــــتَ (kamu lk. -sudah- menulis)
  • كَتَبْـــــــتِ (kamu pr. -sudah- menulis)
  • كَتَبْـــــــــنَا (kami –sudah- menulis)

b. Perubahan kata يَكْتُبُ (sedang menulis) berdasarkan subjeknya:

  • يَــــــكْتُبُ (dia –sedang- menulis)
  • تَــــــكْتُبُ (kamu lk. -sedang- menulis)
  • نَــــــكْتُبُ (kami –sedang- menulis)
  • أَكْتُبُ (aku -sedang- menulis)

c. Perubahan kata كَاتِبٌ berdasarkan jenis kelamin dan jumlahnya:

  • كَاتِبٌ / كَاتِبَةٌ (seorang penulis lk./pr.)
  • كَاتِبَاْنِ / كَاتِبَتَاْنِ (dua orang penulis lk. / pr.)
  • كَاتِبُوْنَ / كَاتِبَاتٌ (beberapa orang penulis lk. / pr.)

Save